Rabu, 07 November 2018

Fenomena Pendekatan Ekologi

Fenomena Geografi - Pendekatan Ekologi (5W+1H)


Apa                : Banjir

kapan            Senin (25/6/2018) pagi

Dimana         : Kelurahan Pejaten Timur, Jakarta selatan dan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur

Siapa             : Warga penduduk diKelurahan Pejaten Timur, Jakarta selatan dan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur

Kenapa          : karena meluapnya sungai ciliwung 

bagaimana    : memindahkan warga yang tinggal di pinggiran sungai ciliwung ke tempat yang lebih layak atau ke daerah asaln-nya


Selasa, 02 Oktober 2018

Batik

Kamu harus bangga karena Indonesia punya batik. Gimana ga bangga, kalau tau batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia. Di dalam beberapa kesempatan besar, batik sudah dipakai selebriti dunia, lho, seperti Tom Cruise, Jessica Alba dan juga Beyonce.


Batik juga punya beberapa fakta unik nih, salah satunya adalah proses pembuatan batik selalu diawali dengan huruf N. 

Rangkaian proses tersebut dimulai dari :


1. Nyungging (Membuat pola motif batik di atas kertas)

2. Njaplak (Memindahkan pola dari kertas ke kain)

3. Nglowong (Melekatkan malam di kain dengan canting sesuai garis pola)

4. Ngiseni (Memberi motif isian atau isen-isen pada motif yang sudah dilekatkan dengan malam)

5. Nyolet (Mewarnai motif bunga atau burung dengan kuas)

6. Mopok (Menutup bagian yang dicolet dengan malam) yang dibarengi dengan tahap Nembok (Menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarna)

7. Ngelir (Melakukan proses pewarnaan kain secara menyeluruh)

8. Nglorod (Merupakan proses pembilasan yang dilakukan dua tahap yaitu di pertengahan dan akhir dengan cara merendam kain di air mendidih)

9. Ngrentesi (Memberikan titik menggunakan canting berjarum tipis)

10. Nyumri (Menutup bagian tertentu dengan malam)

11. Nyoja (Mencelupkan kain dengan warna coklat atau sogan).


Selasa, 11 September 2018

cerita pendek - senja

Cerpen-Senja

Hari yang melelahkan. Menjalani hidup tanpa gairah sama sekali. Setidaknya itulah yang kurasakan hari ini, bahkan tak hanya hari ini tapi setiap hari. Yang lebih menjengkelkan lagi aku harus pulang saat senja. Dan itulah yang paling kubenci. Ya, aku benci senja.Senja selalu mengingatkanku akan kelamnya masa laluku. Tepatnya sepuluh tahun yang lalu, saat aku berusia 7 tahun. Senja itu, Aku pergi bersama keluargaku ke puncak. Kami sangat menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Ngobrol, bersenda gurau, dan semuanya terasa begitu menyenangkan, hingga membuat ayahku tak fokus pada jalanan dan hilang kendali. Mobil yang kami naiki pun menabrak sebuah pohon besar di tepi jalan. Aku sungguh terkejut. Tanpa memikirkan kedua orangtuaku, aku meloncat keluar dari mobil. Karena saat itu aku berpikir bahwa mobil ini akan meledak seperti di film-film. Ternyata benar, selang beberapa menit mobilku meledak. “Duarrr!!!”. Semuanya terlihat gelap, sangat gelap. Yang terlihat hanyalah warna hitam.Saat terbangun, aku sudah berada di suatu tempat. Serba putih, ya, sangat putih. Aku benci ini. Aku tak mampu bergerak. Barang selangkah saja untuk memeluk ayah dan ibu yang telah tertutup kain putih. Aku ingin memeluk mereka untuk yang terakhir kali. Mengucapkan selamat jalan dan penyesalan karena tak mampu menyelamatkan mereka. Aku benci, mengapa aku tidak pergi saja bersama mereka. Ke tempat yang lebih tenang, supaya aku tak lagi menjalani hidup yang membosankan ini. Dan harus bertemu dengan sang senja yang begitu jahat, karena telah menelan semua harapanku saat itu juga.“Ngapain lu di sini! Flashback masa lalu, ya?” katanya sembari mengernyitkan dahinya. Aku hanya terdiam. Percuma saja menanggapi omongan orang sepertinya, tak akan ada habis-habisnya. “Eh, ditanya malah diem, gak bisa denger, lu, apa suara gue kurang keras?” tanyanya lagi dengan bahasanya yang super santai. “Lu bisa diem gak? Bawel banget sih jadi cowok!” jawabku kesal. “Yee.. Gitu aja marah, cepet tua lu nanti.” jawabnya lagi. Lalu, dia mengikutiku duduk di bangku silver Taman kota Bandung ini. Aku sengaja menghabiskan waktu senjaku di sini, melihat sang malam melahap terangnya siang. Selalu bersama dia, nama yang begitu kubenci, Senja.Lamunanku terpecahkan oleh suara itu. Ya, suaranya begitu lantang namun tenang. Dan aku mengenal suara itu, suara itu adalah miliknya. Semenjak pindah ke Bandung 10 tahun yang lalu, lelaki ini selalu saja mengikutiku, ke manapun itu. Bahkan, sore ini dia kembali mengusik ketenanganku, seperti biasanya.“Lu ngapain sih, selalu ngelamun di sini, pake nangis lagi? Kayak orang gila tau, lu!” katanya penuh empati. Aku tak begitu menggubrisnya, masih menatap mentari yang hampir tenggelam menyisakan semburat jingganya. “Jingga, lu diem aja sih dari tadi!” bentaknya tiba-tiba. Aku terkejut. “Senja, lu ngagetin aja sih!”. “Bengong aja sih!, Lu mikirin apa sih?” tanyanya penasaran. Aku diam sejenak. “Hmm, hidup itu nggak adil ya Nja” kataku sembari menatap cakrawala yang seolah tengah menertawai nasibku. “Hushhh! Ngomong apa, lu. Jingga, ingat ya, di luar sana masih banyak yang nasibnya jauh lebih buruk dari, lu. Jadi, jangan ngeluh aja, dong!” katanya yang jauh lebih bijak dari biasanya. Aku menatap bola matanya yang sendu, menyiratkan ketulusan dalam hatinya.Aku beranjak dari bangku itu, meninggalkan Senja sendirian. Berjalan tanpa menghiraukan jalanan. Entah mengapa, hari ini aku begitu lelah. “Jingga…!!!” teriak Senja dari belakang, membuyarkan lamunanku. “Awas …!!!” teriaknya lagi. Aku melihat ke depan. “Aaaaa…” teriakku histeris. “Bruak!!!”. Kepalaku terbentur pada pembatas jalan.Aku terpejam. Dan, Senja. Di mana dia? Aku berusaha membuka mataku, menahan nyeri yang sangat di kepala. “Senja” gumamku dalam hati saat melihatnya terkapar di jalanan. Aku dengan tertatih berusaha mendekatinya yang tengah dikerumuni banyak orang. “Senja, lu…” kataku yang menatapnya khawatir. “Hehehe, gue baik-baik aja kok! Lu tenang aja” katanya tertawa sembari menahan rasa sakit. Tuhan, dia begitu tegar, dalam keadaan sekarat saja dia masih mampu tertawa. Dia menatapku “Jingga, Tuhan itu yang paling adil sama kita, lu harus yakin itu. Jangan terus-terusan meratapi masa lalu. Lu harus bangkit, Jingga.” katanya sebelum matanya terpejam untuk selamanya.Aku termenung, terisak dalam diamku. Lagi-lagi aku kehilangan orang yang kusayangi. Jika dulu aku sangat membenci senja, kini aku sangat mencintai Senja.

Selasa, 07 Agustus 2018

Puisi -Api Abadi Asian Games





Puisi singkat Obor Asian Games 2018    


Api Abadi Asian Games


"Benda itu digenggam dengan erat

Api Abadi yang mengobar, menyala

membara, membakar semangat jiwa

Benda pemersatu 45 negara

Sebuah pertanda akan ada pemenang di Asia

Dari selatan, berpetualang ke Indonesia

Dari Sabang sampai Marauke

ditancapkan ditanah merah putih kita ini

dengan harapan melunjang tinggi

dan tatapan seribu pasang mata 

menandakan bahwa pertarungan

antar bangsa sudah didepan mata”-adhel









Rabu, 25 Juli 2018

Kiai Haji Agus Salim


     

                                          

A figure who is often dubbed the Grand Old Man is one of the nation's figures that can not be forgotten. Kiai Haji Agus Salim is a son born from the womb of the Minangkabau tribe. born from the couple Soetan Salim and Siti Zainab on October 8, 1884 in the country Koto Gadang, a village located in the district of Agam, West Sumatra. He was born with the name Mashudul Haq which means the defender of truth. And died on November 4, 1954 in Jakarta and was buried in TMP Kalibata.

He is known as a national hero and a ulama owned by a country, has a brave and wise character in maintaining the pride of the nation of Indonesia.

One sign that he is a soleh figure about the science of religion is when he visited Tokyo with his entourage

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh" to those who welcome his arrival.

Of course some of his followers asked in astonishment, "Is not it unlawful to pronounce Islam's greetings to non-Muslims?"

Kiai Haji Agus Salim replied, "I can hello to find out if there are any Muslims here. I can answer eloquently greetings."

It proved to be true. Among them there are some people who answered the salutations appropriately so that the group feels at ease because they have relatives in a foreign country.

___


And the story where Kiai Haji Agus Salim is a brave hero figure when he was invited to a meeting with the British prime minister and his cabinet members, Kiai Haji Agus Salim brought out a famous kretek cigarette for the white people. He burned it, then sucked it with pleasure. The smoke was drained, billowing into the chic room.

All the English in the room coughed. Some of them cursed, "What's this odor?" "It's rotten," he objected sarcastically to the inlander kretek.

Kiai Haji Agus Salim deftly said, "I deliberately smoked clove cigarettes in front of the gentlemen, to remind that because of the attractiveness of these cigarettes flakes gentlemen have colonized our lands in the beautiful archipelago for centuries.

So the British people were silent can not refute anymore, and let Kiai Haji Agus Salim and his entourage to enjoy the clove cigarettes brought from the country.

Sabtu, 21 Juli 2018

Alasan kenapa memilih sekolah di SMAN 68 JAKARTA

"Nini pakai baju putih
 gambar-nya elang
 ini alasan aku memilih
SMAN 68 tersayang"


Assalamualaikum gaes, Namaku Adhel aku dari kelas X IPS 3 di SMAN 68 Jakarta, banyak yang kepo sama aku, tentang Kenapa aku milih SMA negeri?kenapa aku milih 68? Kenapa aku sekolahnya jauh dari rumah?kenapa ngga sekolah yg deket rumah ajaa?Dan ini alasan aku memilih SMAN 68 Jakarta

1. SMAN 68 JAKARTA, Merupakan sekolah favorit di DKI Jakarta

https://kumparan.com/@kumparannews/10-besar-sma-negeri-terbaik-di-jakarta-versi-kemendikbud


2. Siswa/i banyak yang lolos di jalur SBMPTN dan SNMPTN Negeri

https://es-la.facebook.com/infomasukptn/posts/daftar-sma-terbaik-di-indonesia/1108331405928465/


3. Fasiltas dan ekstrakulikuler di sana lengkap

https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_68_Jakarta#Fasilita


4. Banyak prestasi yang sman 68 jakarta raih akademi maupun non akademik

http://sman68.sch.id/prestasi-sekolah/https://en.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_68_Jakarta#Extracurriculars_and_clubs


5. Alumni disana banyak yang menjadi orang sukses

https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_68_Jakarta#Alumni


6. Lokasih yang startegis untuk menaiki angkutan umum seperti, ojek pangkalan, transjakarta, kereta api, dan lainnya

Jl. Salemba Raya No.18, RT.3/RW.6, Kenari, Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10430


Itu alasan aku memilih SMAN 68 Jakarta gaes, sebenernya masih banyak lagi sih gaes tapi segitu aja ya....



Tapi pada intinya aku milih SMAN 68 JAKARTA dari hati aku sendiri bukan karena orang tua atau lainnya gaes.




Aku kasih sedikit saran aja gaes ke kalian kalau memilih sekolahan harus dari diri kalian sendiri gaes, karena pilihan kalian harus kalian juga yg jalankan bukan orang lain, okee




Ciyuuu gaes, Waalaikummussalam wr.wb